Matchfixing di Dota 2 belakangan ini merupakan hal yang sedang hangat dibicarakan. Bahkan Liquipedia pun sempat mengubah kebijakannya demi mencegah matchfixing khusus untuk turnamen Dota 2.
David ‘GoDz’ Parker selaku co-founder Beyond the Summit (BTS), memberikan tanggapannya mengenai esports dan ranah kompetitif Dota 2 dalam podcast Zyori Plus One bersama Andrew ‘Zyori’ Campbell.
Menurut GoDz, matchfixing dalam Dota 2 sering diremehkan dan diabaikan, terutama di wilayah Asia Tenggara (SEA).
Sebagai salah satu pendiri BTS, GoDz sudah memiliki banyak pengalaman dalam menyelenggarakan turnamen Dota 2 di tingkat Internasional baik itu Amerika, Eropa, dan Asia Tenggara. Tentu dengan pengalamannya, GoDz tak jarang mendengar mengenai sederetan game dan tim yang tersangkut dengan matchfixing.
Bahkan di event BTS sendiri, para pemainnya pernah terlibat dengan masalah matchfixing. Lebih tepatnya, event yang dimaksud adalah BTS Pro Series S2: Americas dan manager tim PlusOne.
“Ada seorang pemain berumur 16-17 tahun, David “DNM” Cossio yang merupakan pemain pub NA, ranked top 10, bermain di tim bernama PlusOne. Rekan tim menyuruhnya untuk kalah secara sengaja di game, tapi DNM menolaknya dan tetap berusaha keras untuk carry game tersebut,” kata GoDz.
Keesokan harinya, BTS langsung meluncurkan investigasi dan akhirnya tiga pemain dibanned dan seluruh tim didiskualifikasi. GoDz juga menjelaskan bahwa PlusOne memang sering berkaitan dengan banyak tim yang berasosiasi dengan “operasi taruhan Cina ilegal."
Berkaitan dengan hal tersebut, Zyori langsung bertanya apakah GoDz khawatir mengenai isu matchfixing yang merajalela. GoDz pun tak segan melontarkan rasa prihatinnya.
“Menurut saya, matchfixing di Dota 2 sangat mewabah dan terjadi jauh lebih sering dari yang disadari orang-orang,” ungkap GoDz. “Saya mendengar pernyataan bahwa 75 persen dari tim di Asia Tenggara terkait dengan [matchfixing]. Saya sendiri tidak setuju dengan angka tersebut, namun ini adalah sesuatu yang dikatakan oleh seseorang di balik data perusahaan taruhan.”
Ingat untuk dicatat, bahwa pernyataan tersebut tidak memiliki bukti. Namun secara keseluruhan, matchfixing memang sering ditemukan dalam match Dota 2 SEA terutama di tier rendah.
“Matchfixing yang paling sering ditemukan bukanlah jenis yang secara sengaja kalah dalam game, namun jenis fixing bagian-bagian kecil dalam in-game,” kata GoDz.
Tipe ini sering digunakan untuk taruhan kecil, misalnya seperti siapa yang mendapatkan kill pertama, First to 10, First Blood, tim yang mendapatkan 10 kill pertama, dan lainnya.
Matchfixing tipe ini umumnya diterapkan secara individu, dan jauh lebih sulit ditangkap basah dibandingkan saat matchfixing dilakukan oleh beberapa anggota tim secara bersamaan.
Contoh dari skandal matchfixing ini pernah ditemukan oleh pemain Arrow Gaming, ddz dan Lance. Namun tentunya hal ini sangat sulit untuk ditangkap. Apakah pemain tersebut sengaja kalah? Atau memang hanya mengalami hal yang buruk?
GoDz sendiri tidak tahu secara pasti bagaimana menghentikan masalah ini dan merasa bahwa matchfixing akan terus merajalela, terutama di era online Dota 2 ini.
Untuk berita Dota 2 dan esports setiap hari, jangan lupa follow Ligagame Esports ya!
BACA SELANJUTNYA:
KARL RESMI MASUK T1, GANTIKAN POSISI INYOURDREAM SEBAGAI MIDLANER
Ligagame Esports adalah Media & Broadcasting Production Company tertua di Indonesia, dengan platform informasi seputar esports, games, dan live streaming yang bertujuan untuk mengembangkan industri esports Indonesia.