4 Alasan Mengapa Jumlah Pemain DOTA 2 Terus Menurun Sejak 2016

Mengapa Jumlah Pemain DOTA 2 Terus Menurun Dari 2016 Hingga 2022

Setelah berbagai proses penyempurnaan dari versi orisinal, Valve meluncurkan DOTA 2 pada tahun 2013. Game MOBA (multiplayer onlne battle arena) ini memag telah dinanti dan diantisipasi para gamers, yang di masa-masa itu mencari bentuk permainan baru.Yup! DOTA 2 menjadi cikal-bakal esports dengan gameplay 5 vs 5, seiring sejalan dengan saudaranya, League of Legends besutan Riot Games. Well, kedua game MOBA di platform PC ini masih bertahan hingga kini dengan beragam tantangan. 

Dota 2 digandrungi dan melahirkn komunitas player maupun player komunitas. Langkah Valve menginisiasi turnamen berskala dunia The International pertama berbuah manis. TI pertama dengan prize pool 1 juta dollar bis adibilang sangat-sangat tinggi di era itu. Bukan cuma segi nominal tapi yang lebih bermakna adalah apresiasi untuk para pemain. Yup! Mereka-mereka yang mungkin awalnya bermain di internet cafe, ikutan turnamen komunitas hingga bergabung ke sebuah tim, menjadi pemain profesional atau pro player. 

Banyak dari mereka adalah penggemar DotA (original) atau yang sudah memainkannya. Dota 2 berhasil menarik lebih banyak pemain baru yang impress dengan gameplay dan grafisnya. 

Tidak mengherankan, jumlah pemain Dota 2 mulai meningkat dalam beberapa tahun pertama hingga pemainnya bertambah setiap bulan. Meskipun ada beberapa pasang surut, Dota 2 mencapai puncaknya di tahun 2016 dengan jumlah pemain yang login bersamaan (CCU= concurrent user). Namun, setelahnya jumlah pemain mulai stagnan dan menurun .

Jumlah pemain Dota2 memang sempat kembali naik pada tahun 2019, tetapi jumlah CCU (pemain bersamaan) puncak pada tahun 2022 telah turun hampir setengah dari angka pada tahun 2016. Ada banyak alasan untuk hasil ini, jadi mari kita telusuri.

BANYAK PLAYER PENSI DAN PINDAH KE GAME LAIN ATAU PENSI DARI GAMER
Salah satu alasan terbesar mengapa Dota 2 memiliki lebih sedikit pemain dari sebelumnya adalah karena banyak penggemarnya yang memutuskan untuk pindah. Banyak dari mereka yang tidak lagi tertarik bermain game karena sudah berkeluarga, sedangkan yang lain sudah pindah ke game lain.

Mungkin terlihat aneh bahwa para pemain telah memutuskan untuk melepaskan Dota 2 demi judul lain, tetapi jika Anda memikirkan beberapa kerugian dari bermain, itu masuk akal. Sebagai permulaan, Dota 2 adalah salah satu game paling kompetitif di dunia, terutama jika Anda bermain di peringkat. Oleh karena itu, mayoritas orang melakukan apa saja untuk mengasah MMR, sehingga konsep “bermain untuk bersenang-senang” hampir tidak ada. Mereka yang bermain Dota 2 untuk bersenang-senang seringkali memilih hero yang kurang bagus, buntutnya jadi lebih rentan kalah. Ini memicu pemain lain dari tim dan mengarah ke lingkungan yang beracun (toxic). Yeap, Dota 2 selain sulit juga meraih reputasi sebagai game yang toxic. 

Valve telah memperkenalkan banyak update dan fitur yang pasti meningkatkan kualitas game. Sayangnya, masih banyak pemain toxic yang merusak kesenangan orang lain. Beberapa orang tidak peduli, tetapi yang lain tidak tahan dengan pemain seperti itu dan memutuskan untuk berhenti bermain atau pindah ke game lain.

BACA JUGA: Apa itu Taunt di Dota 2 dan Cara Menggunakannya

DOTA 2 JADI LEBIH SULIT?

Mari kita hadapi itu, Dota 2 adalah salah satu game paling kompleks dan MOBA paling rumit. Beberapa game ramah-noob, artinya pemain dapat mulai bermain, bersenang-senang, dan langsung sukses. Namun, ini tidak berlaku untuk Dota 2 karena gim ini mengharuskan Anda mengetahui banyak hal.

Selain banyaknya hero dan item, kamu juga harus mengetahui mekanik lainnya. Faktanya, seroang pemain diperkirakan perlu mencapai sekitar 3000 MMR sebelum dapat mempelajari segala sesuatu tentang game tersebut. Tidak mengherankan, ini akan memakan banyak waktu dan berjam-jam permainan, sesuatu yang velum tentu mau dilalui semua orang.

Fakta bahwa Dota 2 rumit membuat beberapa orang takut bahkan untuk mencoba permainan tersebut. Dota 2 sulit dikuasai sebelumnya, tetapi permainan menjadi lebih sulit dalam beberapa tahun terakhir. Selain penambahan pahlawan dan item baru, kami memiliki akses ke hal-hal seperti talenta, mekanik baru, item netral, dan segala macam hal lain yang tidak ada sebelumnya. Secara alami, ini "menakut-nakuti" beberapa orang bahkan untuk mencoba permainan tersebut, sedangkan pemain jadul tidak ingin repot mempelajarinya kembali, jadi mereka lebih memilih untuk fokus pada hal lain.

ADA BANYAK GAME BARU
Dota 2 adalah game klasik sepanjang masa dan merupakan salah satu game paling populer di dunia. Faktanya, banyak orang menganggapnya sebagai eSports terbesar, yang seharusnya tidak mengejutkan, mengingat ia memiliki kumpulan hadiah terbesar di industrinya. Sayangnya, hal-hal tersebut tidak menarik bagi game casual yang hanya ingin login dan bersenang-senang.

Karena game ini lebih berfokus pada permainan kompetitif, beberapa orang lebih suka memainkan beberapa dari banyak game baru yang tersedia dalam beberapa tahun terakhir. Antara 2016 dan 202, game seperti Fortnite, Apex Legends, dan PUBG mengambil alih dunia game dan mendapatkan jutaan pemain aktif. Game-game ini terus menjadi populer bahkan hingga hari ini, dan orang-orang benar-benar dapat bersenang-senang sambil memainkan game-game ini.

Selain game online, beberapa tahun terakhir memungkinkan kami memainkan banyak game pemain tunggal papan atas. Hal-hal seperti God of War dan beberapa versi AC (Assasins Creed) juga memengaruhi pemain Dota 2 biasa.

BANYAK PLAYER MENYERAH MAIN TETAPI TERUS MENONTON ESPORTS DOTA 2 
Karena alasan yang disebutkan di atas, banyak orang yang tidak lagi tertarik untuk memainkan Dota 2. Beberapa dari mereka memutuskan untuk fokus pada hal lain, sedangkan yang lain masih menjadi penggemar game tersebut dan menonton beberapa turnamen terbaik. Ini menjelaskan mengapa acara seperti The International memiliki jutaan pemirsa dari seluruh dunia.

Ada sesuatu tentang menonton Dota 2 yang membuat game ini jauh lebih menarik. Alih-alih bertemu pemain beracun yang merusak permainan Anda, Anda bisa duduk santai, dan menonton beberapa pemain Dota 2 terbaik beraksi. Sepertinya banyak orang percaya akan hal ini, itulah sebabnya mereka memutuskan untuk berhenti bermain demi menonton.

KESIMPULAN
Semua hal yang disebutkan di atas telah memengaruhi pemain bersamaan puncak Dota 2 selama beberapa tahun terakhir. Menurut data, tahun 2022 hampir menandai titik terendah sepanjang masa, meski Januari 2020 masih menjadi bulan terburuk untuk Dota 2. Akan menarik untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Siapa tahu, orang mungkin memutuskan untuk kembali dan mulai bermain lagi. Bagaimanapun, pada edisi Battle Pass baru-baru ini Valve telah menambahkan Diretide, salah satu acara favorit penggemar.

Ikuti terus info terbaru seputar Dota2 dan berita esports terlengkap di Ligagame! Kunjungi Instagram dan Youtube Ligagame.tv yang selalu update dan kekinian!

banner dota 2 ligagame e015b

Baca selanjutnya:

Valve Mengumumkan Perubahan Aturan Baru untuk Musim DPC 2022/2023

LIGAGAME ESPORTS
The First Full-Service Esports Agency in Indonesia

Ligagame Esports adalah Media & Broadcasting Production Company tertua di Indonesia, dengan platform informasi seputar esports, games, dan live streaming yang bertujuan untuk mengembangkan industri esports Indonesia.


© 2020 PT Lintas Portal Indonesia. All rights reserved.

Follow Ligagame Esports

Update terus dengan berita esports dan gaming terbaru!